Ahmad Tohari dalam Senyum Karyamin
menyodorkan kenyataan sosial yang terjadi di lingkungan kita. Hal ini
terjadi karena Tohari termasuk golongan yang peka terhadap permasalahan
sosial yang berkembang di lingkungannya. Kenyataan tersebut disodorkan
agar golongan atasnya mengadakan perubahan. Cerpen “Senyum Karyamin”
misalnya, menggambarkan potret kehidupan orang desa yang sengsara,
menderita, dan selalu tabah. Untuk menyambung hidup, mereka selalu “gali
lobang tutup lobang” tanpa mempetimbangkan akibat sikapnya itu. Yang
penting, hari ini dapat hidup. Perhatikan kutipan berikut.
"Denging
dalam telinganya terdengar semakin nyaring. Kunang-kunang di matanya
pun semakin banyak. Maka Karyamin sungguh-sungguh berhenti dan termangu
.Dibayangkan istrinya yang selalu sakit harus menghadap dua penagih bank
harian. Padahal Karyamin tahu, istrinya tidak mampu membayar
kewajibannya hari ini,hari esok, hari lusa, dan entah hingga kapan,
seperti entah kapan datangnya tengkulak yang telah setengah bulan
membawa batunya." (hlm. 5)
Pemaparan
di atas menggambarkan tiga kehidupan, yaitu buruh, tengkulak, dan bank
harian. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang utuh sebagai mata rantai
yang hampir dialami oleh orang-orang lapiasan bawah pedesaan. Buruh
selalu menguntungkan para tuannya. Buruh sebagai pihak yang selalu
mencari jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selalu
menguntungkan para tengkulak. Selain itu, bank harian yang membungkus
namanya sebagai koperasi pun turut andil dalam merusak tatanan kehidupan
perekonomian orang-orang desa yang serba kekurangan.
Kenyataan
di atas, disadari ataupun tidak , pengarang sebenarnya menyodorkan
kenyataan sosial dengan harapan pihak yang berkaitan dapat menanggapi
dengan mengadakan perubahan. Kritik yang dilontarkan oleh pengarang
terhadap tengkulak dan bank harian itu agar masyarakat yang mempunyai
modal jangan sampai melakukan penekanan dan permainan ekonomi yang dapat
merugikan kaum bawah atau “wong cilik”.